} .leaderboard{ padding-top: 20px; margin-bottom: -10px; }

Apa itu Non-native Token?

Apa itu Non-native Token?

Non-native Token adalah token yang blockchainnya merupakan turunan dari blockchain lain dengan native token.

Token ini bergantung pada standar blockchain non-native token untuk berkembang. Contoh paling menonjol dari hal ini adalah blockchain Ethereum, yang menampung beberapa aplikasi terdesentralisasi dengan token mereka sendiri. Selain menjadi turunan, non-native token dikembangkan untuk penggunaan khusus, baik sebagai satu-satunya sumber pembayaran dalam ekosistemnya, terutama dengan dApps, atau untuk mengatur hak atas proyek decentralized autonomous organization (DAO).

Contoh Non-Native Tokens

Non-native token hadir dalam berbagai kategori, seperti governance token, wrapped token, stablecoin, dan oracle token. Beberapa contoh non-native token termasuk LINK platform Chainlink yaitu WBTC, wrapped bitcoin token yang berjalan di blockchain Ethereum yaitu USD Coin (USDC), mata uang digital yang didukung penuh oleh aset dolar AS yaitu AAVE, native token dari decentralized Aave platform, dan DAO Maker’s governance token, MKR.

LINK, token dari decentralized blockchain oracle network yang dibangun di Ethereum yang disebut Chainlink, adalah contoh klasik dari non-native token dan merupakan sumber pembayaran utama. Chainlink adalah middleware yang menghubungkan smart contract blockchain dengan data dunia nyata, dan LINK digunakan untuk membayar operatornya yang bertanggung jawab untuk mengambil data off-chain dan melakukan komputasi. LINK memungkinkan data eksternal untuk berkomunikasi dengan blockchain.

Sebagai contoh, ketika seseorang menggunakan crypto untuk bertaruh pada hasil pertandingan sepak bola, taruhannya disimpan pada smart contract. Untuk menentukan apakah orang tersebut menang atau kalah, blockchain membutuhkan sumber informasi yang andal yaitu token oracle seperti Chainlink praktis untuk penggunaan ini. Selain LINK, non-native token lainnya dalam kategori ini adalah Band Protocol (BAND) dan NEST protocol (NEST).

Penggunaan non-native token dan manfaat yang diberikan terlihat di proyek DeFi dan DAO, di mana memberikan pengurangan biaya transaksi dan bertindak sebagai governance token.

Dengan market decentralized money seperti Aave, di mana cryptocurrency dapat dipinjamkan dan dipinjam, pengguna mendapatkan pengurangan biaya transaksi saat melakukan aktivitas di platform DeFi, membuatnya dapat diandalkan bagi mereka. Manfaat tambahan ini memungkinkan pemegang AAVE mengatur melalui voting tentang cara kerja protokol, perubahan yang harus diterapkan, dan banyak lagi.

Sumber: Investopedia