} .leaderboard{ padding-top: 20px; margin-bottom: -10px; }

Chainalysis memperluas basisnya di APAC

Chainalysis memperluas basisnya di APAC

Perusahaan analitik mata uang crypto global, Chainalysis memperluas kehadirannya di seluruh dunia untuk merangkul lebih banyak yurisdiksi untuk investigasi crypto-nya.

Chainalysis terus berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada agen federal seperti Internal Revenue Service dan FBI. Sehubungan dengan pemberian layanan, Chainalysis meluncurkan kantor baru di Singapura dan Tokyo untuk melayani pelanggan dengan lebih baik di wilayah Asia-Pasifik.

Dengan didirkannya dua kantor baru di Singapura dan Tokyo, Chainalysis memberikan komitmennya untuk mendukung penuh bisnis kripto lokal, lembaga pemerintah, dan lembaga keuangan. Kantor baru akan berfungsi sebagai pusat penjualan, layanan investigasi profesional, dan pelatihan.. Ulisse Dell’Orto, direktur pengelola APAC di Chainalysis, akan pindah ke Singapura untuk mempelopori operasi baru sebagai Direktur Pelaksana APAC.

Chainalysis menyoroti bahwa kantor baru di APAC akan berfungsi sebagai lokasi penting untuk investigasi crypto lokal. Pasalnya, perusahaan tersebut bermaksud untuk menyelidiki dengan cermat peretasan $200 juta dari bursa crypto KuCoin, yang konon berkantor pusat di Singapura.

Pasalnya pihak KuCoin mengatakan pada tahun 2018, mereka berkantor pusat di Singapura. Namun, KuCoin tidak dilisensikan di Singapura dan mereka tidak mengajukan kepada Monetary Authority of Singapore yang diwajibkan untuk beroperasi secara legal di negara tersebut. Masih belum jelas di mana markas KuCoin sebenarnya. Profil perusahaan KuCoin menyatakan bahwa KuCoin “beroperasi di Seychelles”.

Juru bicara Chainalysis mengonfirmasi bahwa perusahaan secara aktif menyelidiki peretasan KuCoin. Menurut temuan Chainalysis, kerugian KuCoin konon menyumbang sebanyak $275 juta, menjadikan pencurian itu salah satu peretasan terbesar dari pertukaran crypto dalam sejarah.

Sumber: cointelegraph